Karinding Nyengsol…sebuah kelompok seni yang berada di Desa Winduraja, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis yang mengankat suguhan seni buhun. Karinding adalah sebuah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, kemudian cara memainkannya juga hanya dengan sedikit pukulan jari di ujungnya, yang di posisikan pada mulut kita supaya getaran bambu tersebut mengeluarkan bunyi.
Alat musik seperti ini sebetulnya ada di seluruh dunia termasuk diantaranya Indonesia, kemudian di Indonesia sendiri banyak tempat yang memiliki alat musik ini namun mungkin namanya berbeda. Kebetulan di Jawa Barat alat musik ini adalah Karinding.
Lalu kenapa yang di Winduraja ini memakai nama “Nyengsol”. Apakah ada maksud atau arti dari “Nyengsol” tersebut, ketua kelompok karinding Nyengsol Atus Gusmara mengatakan kepada Pangandaran News, bahwa Nyengsol memang mengandung arti, karena Nyengsol adalah singkatan dari “ Nyungsi Eusi Ngaguar Seni Olah Laras” maksudnya adalah mencari isi seni jaman dulu dengan mengolah laras lagu, lebih luasnya menyelaraskan masa lalu dengan masa kini supaya budaya masa lalu jangan sampai hilang oleh budaya masa kini yang perlahan-lahan menindas seni budaya lokal.
Kemudian mengapa kelompok Karinding identik berkostum serba hitam, beriket kepala dan tampak seperti orang-orang jaman dulu, menurut ketua Yayasan Galoeh Ethnik Winduraja ini adalah karena karinding sendiri merupakan kesenian buhun. Sehingga kesannya seolah-olah sakral, padahal tidak.
“rasanya kurang pas kalau pemain karinding memakai kostum ala rock atau grup band masa kini, karena pada jaman dahulu kostum orang sunda seperti itu, ya kita menyelaraskan dengan jaman itu ke jaman sekarang, orang-orang jaman sekarang memakai pakaian orang dulu” ujarnya.
Lebih lanjut, Atus Gusmara menyatakan bahwa Karinding Nyengsol tidak ada sesuatu yang sakral atau mengandung ritual apapun, kariding nyengsol murni sebuah kelompok seni yang mengangkat seni tradisi, dari karinding, celempung, perkusi, dan beberapa kesenian yang di dominasi oleh bahan baku dari bambu.
“kalau ingin lebih jelas lagi datang saja ke sanggar kami yang berada di dusun Margajaya, Desa Winduraja, Kecamatan Kawali, gampang, karena letaknya pinggir jalan dan tidak jauh dari sungai Cimuntur” akunya
Karinding bukannya berdiri sendiri, melainkan dipadu dengan apik oleh alat musik kekinian, namun dibuat dan dimodivikasi menggunakan bambu, seperti gitar, bass, celempung, trompet, suling dan beberapa lagi. Bahkan termasuk tempat penyimpanan karinding itu sendiri terbuat dari bambu yang diukir dihias menjadi buah tangan sebagai oleh-oleh khas daerah Kawali.
Personil Karinding Nyengsol yang tergabung dalam Yayasan Galoeh Ethnik Winduraja ini ada 13, diantaranya ada pemain karinding yang masih duduk di bangku kelas I SMP dia adalah Resi Siti Saadah sekolah di SMP 3 Kawali, dia masih gadis kecil namun kemahirannya dalam bermain karinding, sudah dibuktikan dihadapan Bupati Ciamis, dan sudah bermain ke segala penjuru Jawa Barat.
Untuk Vocalisnya Ada Rarah Siti Suaebah masih duduk di Aliyah, M. Abd. Aziz. AB, yang masih duduk di bangku kelas 1 SMAN I Kawali, ada juga Mumu pada Vocalnya. Kemudian pemain Karinding utama ada Atus Gusmara, kemudian Taufik, dan. Sementara Ato Rahman pada Celempung, Ujang Rahmat pada terompet dan suling dan rebab, Esa Ganesa pada Tartiwi, Dadan pada saluang Melqy Faisal di kabasa, Pandu Radea memegang bastiwi, terakhir Karso pada celempung. wsn***
hebat, sae, keren....selamat kepada karinding Nyengsol. sekali nyengsol tetap nyengsol
BalasHapus