Akibat harga beras naik, petani tidak bisa jual hasil panen
Untuk meningkatkan swasembada pangan, para petani di Dusun Awiluar, Rt 2/1, Desa Darmaraja, Kecamatan Lumbung, diawal musim peng hujan ini, melaksanakan pengolahan tanah sawah. Doni (54) petani penggarap menerang kan, semua petani yang ada di Dusun Awiluar, diawal musim peng hujan menggarap pengolahan tanah secara serempak ,
“untuk diwilayah kami, bercocok tanam padi setahun itu bisa tiga kali panen.” ucap Doni.
Namun di tahun ini, karena beras di pasaran harganya memuncak, sehingga dipastikan mengalami penurunan produksi. Hal ini akibat dari proses pemupukkan, karena kemungkinan harga pupuk naik, tambah Doni.
“Abdi mah dina waktos ayena hasil panen moal tiasa diical, margi harga beras terus naek, jadi sementara kanggo dituang wae, daripada meser beas mahal” Ucap Doni lagi .
Kenaikan harga beras dan pupuk, dipicu oleh naiknya harga BBM, jadi jelas semua merangkak naik. padahal dampak kenaikan ini jelas, pasti kena ke semua. Tidak hanya yang memiliki mobil atau motor saja, petani juga kena dampak.
"lah ini kan jelas, gara-gara BBM naik jadi kan harga pupuk naik, mungkin ongkos produksi naik, ongkos kirim naik, jadi harga jual menyesuaikan. sementara siapa yang beli pupuk, ya petani lah" ujar Jajang, salah seorang petani di Kawali.
Jajang Menambahkan, mememang seolah-olah masyarakat menerima uang konpensasi, tapi apakah cukup dengan itu, kan lebih baik subsidi, biar orang bermobil ikut menikmati, tapi rakyat kecil tersejahterakan. kalau seperti sekarang ini kan masyarakat kecil yang menderita. Bagi yang mampu, berapapun harga BBM pasti dibeli, nah kalau rakyat kecil, pupuknya mahal, modal tipis, ya maereka berhenti.
Kenaikan harga beras dan pupuk, dipicu oleh naiknya harga BBM, jadi jelas semua merangkak naik. padahal dampak kenaikan ini jelas, pasti kena ke semua. Tidak hanya yang memiliki mobil atau motor saja, petani juga kena dampak.
"lah ini kan jelas, gara-gara BBM naik jadi kan harga pupuk naik, mungkin ongkos produksi naik, ongkos kirim naik, jadi harga jual menyesuaikan. sementara siapa yang beli pupuk, ya petani lah" ujar Jajang, salah seorang petani di Kawali.
Jajang Menambahkan, mememang seolah-olah masyarakat menerima uang konpensasi, tapi apakah cukup dengan itu, kan lebih baik subsidi, biar orang bermobil ikut menikmati, tapi rakyat kecil tersejahterakan. kalau seperti sekarang ini kan masyarakat kecil yang menderita. Bagi yang mampu, berapapun harga BBM pasti dibeli, nah kalau rakyat kecil, pupuknya mahal, modal tipis, ya maereka berhenti.
H. Ali, Staf Desa Darmaraja, ketika ditemui KTV senin 9/12 diruang kerjanya, mengatakan bahwa para petani diwilayah Desa Darmaraja, diakhir tahun serta menjelang awal musim penghujan, melaksanakan pengolahan tanah secara serempak, menurut H. Ali biasanya produksi beras dijual ke pasar, namun tahun ini ada kemungkinan para petani hanya untuk kebutuhan sendiri , karena melihat harga beras semakin melonjak, Asep Herdiat, Kaur Ekbang, menambahkan luas areal sawah yang ada di Desa Darmaraja, seluas 187 Ha, dengan hasil diperkirakan kurang lebih 4 ton per Ha, biasa nya di wilayah kami pertahun itu tiga kali panen, namun di perkirakan hasil produksi tahun ini hanya untuk di konsumsi, mengingat harga beras terus melonjak. (HEND/ KTV )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar