“...... Nyukcruk basa ngabuka siloka, mapay laratan nu diteundeun dihandeuleum sieum. Wanci ngabaladah nyungsi carita, ngaguar bukti kiwari nu jadi tetekon sajarah.Natrat ngotretkeun lalampahana nu laju kapuseur galeuh. Sikep ajeg tur panceg salawasna dina galur nalika ngarepokeun tekad ucap jeung lampah. Geuning lain tetengger nu baris nyalametkeun sajarah dina seungitna kembang samoja tapi tunggul sirungan nu ngahudangkeun diri eta sajarah. Tangtungan diri tinangtu bakal atra tur karasa sabot neuleuman lalakona... !
Laporan: Rusdianto mahadewa
Sekitar abad VII sampai Abad ke XI, dulu dalam perjalanan catatan sejarah yang ada ditasikmalaya,terbentuk suatu pemerintahan kebataraaan dengan pusat pemerintahan di Galungggung. Kekuasaan yang dijalankan itu bersifat Mengabisheka raja-raja, dengan kata lain raja baru dianggap syah bila mendapat persetujuan dari Batara yang bertahta di Galungggung. Sekitar tahun 1111 Masehi kebataraan Galunggung berganti menjadi kerajaan Galunggung berubah lagi menjadi kerajaan Sukakerta dan kemudian Tasikmalaya. Periode pemerintahan Kabupatian di Sukapura, awal sejarah berbentuk sebuah kerajaan yang diberi nama Kerajaan Sukakerta dengan pusat pemerintahan di Dayeuh tengah ( sekarang termasuk wilayah Desa Setiawangi Kecamatan Jatiwaras, yang merupakan pamekaran dari Kecamatan Salopa). Pembentukan pemerintahan Kabupatian di Sukapura berawal dari perpindahan kepemerintahan dari dari Dayeuh tengah pindah pusat ibukota pemerintahan ke Leuwiloa, kemudian pindah Ke Empang ( Kecamatan Sukaraja) dan negaranya disebut Sukapura. Kerajaan Sukakerta sendiri merupakan salah satu daerah bawahan dari kerajaan Pajajaran. Penguasa pertama pada masa itu yakni Sri Gading Anteg (sejaman dengan Prabu Siliwangi). Sedangkan Dalem Sukakerta diperkirakan sejaman dengan Prabu Surawisesa ( 1521-1535 M), Raja pajajaran yang menggantikan Prabu Siliwangi. Desa Sukakerta yang dikenal masyarakat Tasikmalaya sebagai daerah sentra penghasil buah Duren dan Manggis ini ternyata menyimpan catatan History tinggi. Sukakerta dan Sukapura ternyata tidak bisa dipisahkan begitu saja dalam catatan perjalanan sejarah yang ada di Kabupaten Tasikmalaya. Kendati Nama Sukakerta mungkin tergeser pamornya oleh Wawangi ( Nama) Sukapura, namun tak dapat disanggah jika Sukakerta merupakan lambaran munggaran yang mencatat dan mengabadikan nama Sukapura dalam mengawal perjalanan sejarah terbentuknya Kabupaten Tasikmalaya sekarang ini. Ketika Pajajaran mulai melemah terdesak oleh gerakan kerajaan Islam yang dipelopori Cirebon dan Demak,banyak daerah-daerah yang berusaha melepaskan diri dari kerajaan Pajajaran salah satu yakni Dalem Sukakerta atau Dalem Sentawoan. Berawal dari berdirinya Kerajaaan Sukakertalah loba catetan nu hamo dipungkir kendati sejarahnya sendiri tidak diekspos kepublik secara menyeluruh. Kerajaan Sukapura sendiri lahir tanggal 26 juli 1623 dan dijadikan hari jadi Kab. Tasikmalaya. Dan bukti peninggalan sejarah ( Altar) itu sendiri banyak tersebar terutama diKecamatan Jatiwaras dan Salopa.Dan peninggalan itu sendiri merupakan saksi bisu kajayaan Sukapura bihari. Kerajaan kecil Sukakerta yang berpusat di Dayeuh tengah dipimpin seorang umbul.Wirahadikusumah yang dikenal sebagai umbul Sukakerta mupakan putra Sareupeun Cibuniagung yang beristri seorang pewaris dari Negara sukakerta yakni Nyai Punyai agung. Wirahadikusumah atau dikenal Entol Wiraha merupakan ayahanda dari Rd.Wirawangsa yang menjadi Bupati pertama di Sukapura bergelar Rd.Tmg.Wiradadaha 1 ( Dalem Baganjing), Gelar Wiradadaha sendiri diberikan sebagai hadiah dari Sultan Agung atas jasanya menumpas pemberontakan Dipati Ukur. Sedangkan makam umbul Sukakerta sendiri tak jauh dari Dayeuh tengah hanya terpisah jembatan gantung tepatnya di Cikopo Desa Kaputihan. Disekitar patempatan sejarah Dayeuh tengah sekarang di berdiri lembaga pendidikan MTsN Setiawangi masyarakat banyak menemukan bukti-bukti peninggalannya semisal penemuan benda berupa peralatan dapur.masalalu. Dayeuh Tengah menurut informasi merupakan pusat aktifitas masyarakat zaman dulu sedangkan kantor kepemerintahan kabarnya berada di Linggasari Desa Sukakerta Kecamatan Jatiwaras. Bahkan di Desa Sukakerta pernah ada pasar zaman dulu yang sekarang menjadi nama kampung yakni Patahunan atau pasar sataun. Disamping keberadaan pasar sataun juga bertebaran tampat sejarah lainnya berupa peninggalan situs makam salah satunya makam bendahara Kabupatian Sukapura, Sech Indra Taruna yang merupakan putra Bupati Pertama Sukapura, Kg. Dalem Wirawangsa bergelar Wiradadaha I. Makamsejarah tersebut keberadaannya sangat memprihatinkan tidak seperti makam bersejarah lainnya. Kondisinya tidakterawat. Bahkan kabarnya salah satu calon Bupati kabupaten Tasikmalaya yang juga ketua harian YWPS ( Yayasan Wakaf Pusaka Sukapura), Harmaen Wiratanuningrat ( Aom Maman) saat masa kampanye pernah menjanjikan bakal dibangun gapura diseputar makam Bendahara bupati, namun hingga kini janji itu hanya isapan jempol. Bertolak belakang antara Asa dan realita Melihat peninggalan-peningalan ( altar) sejarah Sukapura diberbagai daerah ternyat terlunta-lunta dalam hal perawatannya. Saksi bisu carita teu betus peninggalan masa bihari begitu sangat memprihatinkan, kurangnya perawatan. Nama kebesaran Sukapura ternyata belum diimbangi dengan rasa memiliki yang sangat dalam pada rundayananya. Lembaga yang ada seperti halnya YWPS yang terbentuk lama dan dipercaya dalam hal pengelolaan aset kabuyutan sukapur ternyata tidak mengindahkan apa yang sudah diamanatkan leluhurnya sendiri. Antara Asa dan Realita wargi Sukapura belum sepenuhnya bisa diwujudkan oleh YWPS sendiri. Melihat kenyataan tersebut, sangat ironis sekali! Dalam catatan sejarah yang ada di Tasikmalaya, Sukapura ternyata punya andil yang besar, ikut berjasa dimasa lalu dalam menorehkan perjalanan tintanya mengawal pembentukan kepemeriantahan di Tasikmalaya. dari Sukapura lah awal sejarah cikal bakal pembentukan Tasikmalaya sekarang ini. Bila peninggalan bersejarah tersebut dibiarkan merana dalam kesendiriannya, tanpa panglongok baik dari pemkab kabupaten maupun kesadaran dari pengelola maupun tumbuhnya rasa kepedulian dari keturunannya,lambat laun saksi bisu tersebut perlahan akan hilang tergerus waktu. Lalu bagaimana Sukapura kedepannya? Akankan kita siap dengan pertanyaan generasi mendatang tentang sejarahnya? Mana dan dimana bukti sejarahnya? Bangsa yang besar bangsa yang menghargai sejarahnya sendiri! ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar